Selasa, 07 Desember 2010

Monster Itu Teman

By Egan_version1

Dalam kegelapan dia selalu mengintai, tak ada yang bisa mengalahkan rasa takut bila ia menyeringai. Sosok tubuhnya besar dan lebar, entah kenapa proporsi badannya seakan memberi kesan bahwa makhluk itu tak mempunyai leher --ia membungkuk tajam ke depan. Dari siluetnya yang memantulkan sekilas cahaya, menunjukkan bahwa ia memakai semacam baju pelindung, zirah berwarna hitam. Bukan hitam sekedar warna hitam, tapi karena bekas bercak darah yang sudah lama kering. Monster penghisap darah yang suka mencabik-cabik mangsanya --tanpa sisa.
Cetrak! Cetrak! Begitu suaranya saat berjalan lambat mengikuti mangsanya dari belakang --tapi tentu saja-- setiap kami menengok ke belakang, tak akan terlihat sesuatupun. Saat kami kembali melangkahkan kaki ke depan, bunyi langkahnya kembali terdengar jelas. Kami menghentikan langkah dan suara itu juga ikut hilang --tapi kali ini, walau sayup-sayup, terdengar suara mendesis panjang.
Aku dan temanku, Rika, saling berpandangan sejenak dan kemudian berlari sekencang-kencangnya menuju pintu yang ada di ujung lorong ini. Dengan terburu-buru Rika mendorong pintu itu sekuat tenaga, aku masuk menyusul dan dengan cepat menutup kembali pintu di belakangku. Sekilas aku melihat sosok menyeramkan itu menatap ke arahku --dengan mata merahnya yang menyala-- berlari ke arahku sebelum aku berhasil menutup pintu itu rapat-rapat.
Deru nafas kami saling memacu, entah apa yang ada di dalam pikiran Rika sekarang. Akulah yang telah mengajaknya memasuki sarang monster ini, 'apa yang aku pikirkan? Harusnya aku mengajaknya nonton saja.'
DUNG! Monster itu menggedor pintu di belakang kami dengan keras, Rika melompat kaget sambil melihat ke arah pintu di belakangku.
"Za, apa yang harus kita lakukan?!" Rika berteriak.
Tanpa menjawab aku langsung mendorong sebuah lemari yang berdiri di samping pintu itu, aku mendorongnya sampai menutupi pintu itu. 'mudah-mudahan ini bisa menghentikannya sejenak.'
"Sekarang, ayo!" Kutarik tangan Rika dan ku berlari menuju sebuah peti --yang terkunci oleh sebuah gembok-- yang terdapat di tengah-tengah ruangan berbentuk lingkaran tersebut.
"Apa ini?' Rika bertanya.
"Kita akan segera tahu." Aku mengeluarkan sebuah kunci dari kantongku, kemudian kuputar kunci untuk membuka gemboknya.
Decitan kayu terdengar saat kubuka peti itu, Rika melihat isi peti dengan setengah takjub dan setengah ketakutan saat ia mendengar monster di balik pintu yang meraung-raung mencoba masuk dengan paksa.
Aku mengeluarkan sebuah buku yang sangat-sangat berdebu, aku mengusap sampul depannya sampai terlihat judul buku tersebut: Kelahiran Teman.
"Teman?" Tanya Rika.
Sambil menunjuk ke arah suara monster tersebut aku mengangguk. "Nama monster itu," sambil membuka halaman pertama, "namanya adalah.... Teman."
'Tidak mungkin' Aku terkejut saat membuka halaman pertama, dengan cepat langsung aku buka halaman-halaman berikutnya. 'Apa-apaan ini?!'
"Hey!? Jangan cepat-cepat aku tak bisa melihatnya!" Rika berteriak padaku.
Tapi aku diam saja dan tidak mendengarkannya, aku tahu persis apa maksud dari semua isi dari buku ini tanpa perlu membacanya. Dengan keras aku menutup buku itu. BLUK!
"Zal?" Rika menatapku dengan penuh kebingungan, "kenapa kau tutup?! Buku itu kan menceritakan tentang asal-usul monster itu?! Kita harus cari tahu kelemahannya kalau kita ingin bisa keluar dari sini!"
"Tidak." Aku bilang, "kita salah."
"Apa?"
"Teman... monster ini, berbeda dengan yang lainnya." Aku menoleh ke arah Rika, "karena itu kita tak bisa melawannya dengan cara yang biasa kita lakukan."
Rika mengernyitkan alisnya, "maksudmu?"
"Makhluk yang biasa kita hadapi seharusnya terlahir secara alamiah," sejenak aku mengeluarkan senjata yang biasa kami gunakan untuk melawan para monster. "Tapi dia berbeda."
Suara kayu yang hancur terdengar keras dari arah pintu, sekarang lemari yang menutupinya pun mulai rusak. Dari bagian yang rusak terlihat nyala merah dari mata Teman, kelihatannya dia mengintai kami yang terjebak di ruangan ini dan semakin bersemangat menghancurkan blokade itu.
"Lihat ini," kataku sambil membuka acak halaman yang ada di buku tersebut.
"Kenapa isinya gambar-gambar," Rika bertanya. "Gambar apa ini?"
"Ini gambar desain," aku menatap ke arah Rika. "Desain Teman."
"Ha?" By Egan_version1
"Benar." Aku melihat lagi ke arah pintu, "dia tidak terlahir di dunia ini..."
JEDUARK! Pintu kayu dan lemari yang menutupinya sekarang sudah hancur lebur. Di balik serpihan kayu yang beterbangan, terlihatlah sosok sang monster mengintai dengan mata merahnya. Kini tak ada lagi yang menghalangi Teman untuk mendapatkan mangsanya, Rika dan Izal sekarang terjebak di ruangan tanpa jalan keluar.
Sambil menatap ke arah sang monster aku berkata, "...dia 'dibuat' oleh seseorang."


Bersambung...

By Egan_version1

3 komentar:

  1. Hei! Hohohoh gw suka ma ide monster Teman-nya...
    Kok bersambung? heheh mana sambungannya? Penasaran pengen baca :-)

    BalasHapus
  2. Huaaa! Apa yang terjadi selanjutnya? Ayo lanjutin!
    Keren deh ceritanya ^ ^ Cara penulisannya sukses bikin tegang sekaligus ngasih insight karakternya. Good job!

    BalasHapus
  3. Iya makasih ya :D

    Lagi nyoba2 bikin cerita suspense pendek, eh malah keterusan jadi panjang --makanya dibersambungin dl, ntar ane post lg lanjutannya....

    BalasHapus