*Ini cerita untuk ikutan kompetisi film pendek waktu tahun 2009 --Just a slice of pie, but enjoy anyway :)
Seorang
perempuan berambut hitam panjang dan kulit putih berjalan keluar kampus pada
malam itu. Dia dipanggil Winry, singkatan dari Widia Anrini. Umurnya 21 tahun, dia
pintar walaupun dia anak orang kaya. Tapi malam itu status kekayaannya mengundang
sial.
Baru saja dia
melangkah keluar dari gerbang kampus, tiba-tiba sebuah mobil sedan hitam berhenti
tepat didepannya. Sebelum sempat terkaget, dua orang bertampang seram keluar
dari mobil dan seketika itu pula Winry dibawa masuk ke dalam mobil. Penjaga
kampus yang melihat tidak luput dari kebrutalan dua orang itu –hanya sekali
pukul sang penjaga langsung terkapar.
Cling, cling. Tanpa
disangka sebuah koin bergulir dan menyentuh kaki penjahat yang berambut kribo.
Saat si Kribo menundukkan kepalanya untuk melihat koin lima ratus perak
tersebut, dari balik pintu gerbang kampus terdengar suara kencang.
“Koin
Keberuntunganku!!” seorang laki-laki melompat ke arah koin itu dengan cepatnya.
Saat kepingan koin tersebut sudah kembali ke tangannya dia tersenyum dan menghela
nafas lega.
Namanya Rey
Senta, pangilannya Rey. Seorang pemuda berumur 22 tahun dengan kulit sawo
matang, rambut hitam cepak dan postur badan yang (cukup) atletik. Keahlian
utamanya selain bela diri, adalah selalu berada di tempat yang salah, pada waktu
yang salah.
“Eh?!” Rey yang
baru saja mendongak ke atas dan terdiam setelah dia memperhatikan mereka satu
per satu. Mobil hitam dengan dua pria bertampang seram dan seorang wanita yang
sedang disekap di dalam mobil, belum lagi wanita itu menggeliat sambil berusaha
untuk berteriak walau mulutnya ditutupi seat belt oleh pria botak. Rey
membelalakkan matanya dan berteriak sambil menunjuk ke arah mereka, “Pasti
kalian penculiiik!?!”
Si Kribo
langsung mendaratkan pukulan ke pipi kiri Rey, karena kaget Rey tersentak
beberapa langkah ke belakang. Dia langsung menatap tajam ke arah pemukulnya
itu.
“Jangan
coba-coba ikut campur, anak ke~!!!” sebelum si Kribo sempat menyelesaikan
kata-katanya, Rey sudah mendaratkan tendangan keras tepat ke arah mukanya. Tanpa
menyelesaikan kalimatnya dengan jelas, si Kribo terjatuh ke tanah dengan muka
sember.
“Sialan!”
penjahat botak berteriak sambil menepuk pundak supir di dalam mobil, “Kabur!
Kabur sekarang, Jek! Tancep!” Bunyi decitan ban bercampur dengan suara deruman
mesin terdengar keras saat mobil itu mulai berjalan cepat meninggalkan asap dan
debu di hadapan Rey.
“WOY?!”
Rey berteriak karena mobil itu mulai menghilang dari pandangannya, dia langsung
berlari mengejar sambil menggerutu sendiri. “Bagus banget, biasanya gua pulang
jam segini selalu aja macet jalanan! Sekarang?! Ada penculik! Tapi jalanan malah
KOSONG!?!!”
Saat
mobil tersebut berbelok, Rey tahu ini kesempatan menyusul melalui jalan pintas
–langsunglah ia memasuki ke gang kecil. Dengan sekuat tenaga dia berlari sambil
sesekali melihat celah jalan di sebelah kanannya, memastikan mobil tersebut
masih sejajar dengan dirinya.
Mobil hitam itu
terus melaju tanpa memperhatikan apapun didepannya, beberapa orang yang sedang
menyeberangpun hampir menjadi korban. Terlihat jalan didepannya hanya ada satu
arah, yaitu belokan menuju ke kiri –dengan begini jika Rey terus berlari dengan
kecepatan yang sama dia pasti bisa menyusul mobil tersebut.
“Kalau udah
terkejar terus gua ngapain yak!?” Rey bingung sendiri. Mendadak sebuah motor muncul
dari jalan kecil didepannya, Rey mencoba menahan lajunya dengan menabrak motor
itu. Tabrakannya membuat Rey berhenti, tapi sang pengendara juga jatuh dari
motor.
“Ma, maaf!”
Sambil terengah-engah Rey meminta maaf, tapi saat dia mengangkat motor tersebut
dengan cepat dia sadar akan sesuatu yang bisa membantunya.
“Benar-benar
maaf ya pak!” Rey berteriak ke belakang sambil berjalan menjauhi pengendara yang
jatuh dan sekalian membawa pergi motornya.
Rey
memacu motor tersebut sampai ujung gang dan berbelok ke kanan, jauh didepannya mobil
hitam baru muncul dari belokan –menuju ke arahnya. Rey memutar penuh gas motornya,
menjalankannya hingga kecepatan penuh, “semoga ini bukan ide yang buruk!”
Keduanya
melaju kencang berhadap-hadapan, semakin lama semakin dekat, tidak ada yang
terlihat akan mengalah, arah tujuan mereka hanya satu: mobil akan menabrak
motor dan sebaliknya motor akan menabrak mobil. Hanya tinggal beberapa puluh
meter Rey memiringkan badannya sembari menjatuhkan motor sehingga motor
tersebut tetap meluncur ke arah mobil saat dia melepaskan diri dari motor dan
terguling keras di aspal hitam sebelum akhirnya berhenti.
Dengan
percikan api, motor terus meluncur ke arah mobil sedan dan dengan tepat melabrak
bemper depan. Seketika mobil tersebut berjalan dengan hanya dua roda belakang dan
saat dua roda depan akan kembali menyentuh tanah, motor yang menancap di bemper
telah menahan laju mobil itu walau sempat terseret sampai hanya satu meter di
depan Rey. Mobil yang telah berhenti dengan sangat keras telah menyebabkan si
supir pingsan, Winry selamat karena dia terlindungi sabuk pengaman, sedangkan pria
botak di sebelahnya tidak.
Sambil
berusaha bangun, Rey yang penuh luka dan memar melihat keadaan yang sudah
terkendali. Dia mengeluarkan koinnya, “benar-benar… koin keberuntunga~~an…” dan
terjatuh pingsan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar