Rabu, 21 Mei 2014

Koin Keberuntungan -short version



*Ini cerita untuk ikutan kompetisi film pendek waktu tahun 2009 --Just a slice of pie, but enjoy anyway :)


            Seorang perempuan berambut hitam panjang dan kulit putih berjalan keluar kampus pada malam itu. Dia dipanggil Winry, singkatan dari Widia Anrini. Umurnya 21 tahun, dia pintar walaupun dia anak orang kaya. Tapi malam itu status kekayaannya mengundang sial.
Baru saja dia melangkah keluar dari gerbang kampus, tiba-tiba sebuah mobil sedan hitam berhenti tepat didepannya. Sebelum sempat terkaget, dua orang bertampang seram keluar dari mobil dan seketika itu pula Winry dibawa masuk ke dalam mobil. Penjaga kampus yang melihat tidak luput dari kebrutalan dua orang itu –hanya sekali pukul sang penjaga langsung terkapar.
Cling, cling. Tanpa disangka sebuah koin bergulir dan menyentuh kaki penjahat yang berambut kribo. Saat si Kribo menundukkan kepalanya untuk melihat koin lima ratus perak tersebut, dari balik pintu gerbang kampus terdengar suara kencang.
“Koin Keberuntunganku!!” seorang laki-laki melompat ke arah koin itu dengan cepatnya. Saat kepingan koin tersebut sudah kembali ke tangannya dia tersenyum dan menghela nafas lega.
Namanya Rey Senta, pangilannya Rey. Seorang pemuda berumur 22 tahun dengan kulit sawo matang, rambut hitam cepak dan postur badan yang (cukup) atletik. Keahlian utamanya selain bela diri, adalah selalu berada di tempat yang salah, pada waktu yang salah.
“Eh?!” Rey yang baru saja mendongak ke atas dan terdiam setelah dia memperhatikan mereka satu per satu. Mobil hitam dengan dua pria bertampang seram dan seorang wanita yang sedang disekap di dalam mobil, belum lagi wanita itu menggeliat sambil berusaha untuk berteriak walau mulutnya ditutupi seat belt oleh pria botak. Rey membelalakkan matanya dan berteriak sambil menunjuk ke arah mereka, “Pasti kalian penculiiik!?!”
Si Kribo langsung mendaratkan pukulan ke pipi kiri Rey, karena kaget Rey tersentak beberapa langkah ke belakang. Dia langsung menatap tajam ke arah pemukulnya itu.
            “Jangan coba-coba ikut campur, anak ke~!!!” sebelum si Kribo sempat menyelesaikan kata-katanya, Rey sudah mendaratkan tendangan keras tepat ke arah mukanya. Tanpa menyelesaikan kalimatnya dengan jelas, si Kribo terjatuh ke tanah dengan muka sember.
            “Sialan!” penjahat botak berteriak sambil menepuk pundak supir di dalam mobil, “Kabur! Kabur sekarang, Jek! Tancep!” Bunyi decitan ban bercampur dengan suara deruman mesin terdengar keras saat mobil itu mulai berjalan cepat meninggalkan asap dan debu di hadapan Rey.
            “WOY?!” Rey berteriak karena mobil itu mulai menghilang dari pandangannya, dia langsung berlari mengejar sambil menggerutu sendiri. “Bagus banget, biasanya gua pulang jam segini selalu aja macet jalanan! Sekarang?! Ada penculik! Tapi jalanan malah KOSONG!?!!”
            Saat mobil tersebut berbelok, Rey tahu ini kesempatan menyusul melalui jalan pintas –langsunglah ia memasuki ke gang kecil. Dengan sekuat tenaga dia berlari sambil sesekali melihat celah jalan di sebelah kanannya, memastikan mobil tersebut masih sejajar dengan dirinya.
Mobil hitam itu terus melaju tanpa memperhatikan apapun didepannya, beberapa orang yang sedang menyeberangpun hampir menjadi korban. Terlihat jalan didepannya hanya ada satu arah, yaitu belokan menuju ke kiri –dengan begini jika Rey terus berlari dengan kecepatan yang sama dia pasti bisa menyusul mobil tersebut.
“Kalau udah terkejar terus gua ngapain yak!?” Rey bingung sendiri. Mendadak sebuah motor muncul dari jalan kecil didepannya, Rey mencoba menahan lajunya dengan menabrak motor itu. Tabrakannya membuat Rey berhenti, tapi sang pengendara juga jatuh dari motor.
“Ma, maaf!” Sambil terengah-engah Rey meminta maaf, tapi saat dia mengangkat motor tersebut dengan cepat dia sadar akan sesuatu yang bisa membantunya.
“Benar-benar maaf ya pak!” Rey berteriak ke belakang sambil berjalan menjauhi pengendara yang jatuh dan sekalian membawa pergi motornya.
            Rey memacu motor tersebut sampai ujung gang dan berbelok ke kanan, jauh didepannya mobil hitam baru muncul dari belokan –menuju ke arahnya. Rey memutar penuh gas motornya, menjalankannya hingga kecepatan penuh, “semoga ini bukan ide yang buruk!”
            Keduanya melaju kencang berhadap-hadapan, semakin lama semakin dekat, tidak ada yang terlihat akan mengalah, arah tujuan mereka hanya satu: mobil akan menabrak motor dan sebaliknya motor akan menabrak mobil. Hanya tinggal beberapa puluh meter Rey memiringkan badannya sembari menjatuhkan motor sehingga motor tersebut tetap meluncur ke arah mobil saat dia melepaskan diri dari motor dan terguling keras di aspal hitam sebelum akhirnya berhenti.
            Dengan percikan api, motor terus meluncur ke arah mobil sedan dan dengan tepat melabrak bemper depan. Seketika mobil tersebut berjalan dengan hanya dua roda belakang dan saat dua roda depan akan kembali menyentuh tanah, motor yang menancap di bemper telah menahan laju mobil itu walau sempat terseret sampai hanya satu meter di depan Rey. Mobil yang telah berhenti dengan sangat keras telah menyebabkan si supir pingsan, Winry selamat karena dia terlindungi sabuk pengaman, sedangkan pria botak di sebelahnya tidak.
            Sambil berusaha bangun, Rey yang penuh luka dan memar melihat keadaan yang sudah terkendali. Dia mengeluarkan koinnya, “benar-benar… koin keberuntunga~~an…” dan terjatuh pingsan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar